Our’s cerpen “Kembali ke Flask Disk”


Senin, 9 April 2012 pkl 16.32.
Semua sudah beres. Nela, Keisar, Ari dan Dea hanya perlu belajar sedikit lagi untuk persentasi penelitian mereka besok.

“Berarti tinggal print laporan kita,” ujar Dea lega.

Ari kembali mengutak-atik laptop Dea. Tapi, beberapa saat kemudian dia membeku. Wajahnya memucat pelan-pelan.

“Laptop Dea …laptop Dea … hang!” Ari terbata-bata.
“Apa?!” serentak semua mengerumuni laptop Dea.
“Kamu apakan laptopnya?” Tanya Keisar gusar.
“Tidak aku apa-apakan!” bantah Ari tegang. Digerakkanya mouse dengan panic. Cursor tetap bergeming.

Tiba-tiba Kak Dimas, kakak Dea yang sudah SMU, mendatangi mereka.

“Kaaak … laptopnya hang!” Dea hampir menangis. “Padahal ada tugas yang harus dipersentasiakn besok.”

Kak Dimas menekan beberapa ombol. “Hmmm … kakak tidak bisa memperbaikinya,” ujar Kak Dimas setelah mencoba-coba.

Ari, Keisar dan Dea terbalalak.

“Kenapa panik? Pasti datanay tidak Cuma disimpan di laptop ini saja, kan?” ujar Kak Dimas menenangkan.

Ketiganya mengeluh kompak. Mereka pasti sedang menyesali kejadian kemarin.

Minggu, 8 April pkl 15.15
“Horeee … selesai!” seru Keisar gembira.

Ya, selama sebulan ini Nela dan teman-temanya meneliti metamorphosis kupu-kupu. Lalu, dalam seminggu ini mereka sibuk menulis laporan penelitian itu.

Nela mengeluarkan sebuah benda mungil dari tasnya.

“Apaan tuh?” ujar Keisar.

Nela tak menjawab. Keisar pasti tahu apa yang dipegang Nela. Dia suma ingin meledek Nela.

“Kamu ingin menyimpan file kita ke flask disk?” Tanya Ari heran.
“Siapa tahu ada apa-apa dengan laptop Dea.”
“Inilah Nela, Ratu Teliti yang sok hati-hati!’ ledek Dea, tertawa-tawa.
“Jadi ingat dengan nasihat ibuku!” Keisar lalu mengubah suaranya, menirukan suara ibunya, “Keisar, main PS tidak boleh lebih dari 1 jam sehari. Keisar, sarapan itu penting sekali untuk tumbuh!”

Dea dan Ari terpingkal-pingkal.

“Huh!” cetus Nela, lalu meninggalkan mereka. Membuat Keisar, Ari dan Dea tertegun sesaat. Tapi kemudian, kembali tertawa heboh.

Senin, 9 April pkl 18.26
Hampir dua jam sejak laptop Dea hang. Keisar, Ari dan Dea tidak tahu harus bagaimana.

Kemarin, seharusnya laporan itu bisa diprint, tapi mereka tidak melakukannya. Sat Nela akan menyimpan data dalam flask disk, mereka menghalang-halangi.

Data laporan mereka cuma di laptop Dea yang kini telah rusak, yang tidak bisa dibetulkan mala mini. Apa yang akan mereka lakukan besok, saat harus mepresentasikan penelitian itu di depan kelas?

Begitu laptop Dea hang tadi, Nela langsung pergi dengan marah. Meninggalkan tiga temannya bertengkar, saling menyalahkan. Sekarang mereka hanya bisa terdiam lesu.

“Kalau kita menulis laporan itu dari awal, tidak mungkin selesai besok pagi,” ucap Dea sedih.
“Seharusnya kita tidak mengejek Nela kemarin,” tambah Keisar.

Tiba-tiabNela dating kembali. Keisar, Ari dan Dea tidak berani memandangnya. Nela segera membagi-bagikan bundle kertas pada ketiganaya.

“Ini laporan kita?!” pekik ketiga teman Nela kompak. Mereka memandang Nela dengan penuh tanya. Nela senyum-senyum penuh rahasia.

“Kembali ke flask disk!” Nela ikut-ikutan pembawa acara televisi. Dia mengeluarkan benda mungil dari tasnya.

Dea mengambil flask disk itu dari tangan Nela dengan penuh kekaguman.

Benda mungil itu talah menyelamatkan mereka. Ya, saat data di laptop mereka belum bisa diselamatkan, mereka masih punya data di flask disk.

Sepertinya Nela ingin teman-temannya belajar sesuatu, tidak meremehkan hal-hal kecil yang berguna. Karena itu, dia tidak langsung bilang kalau menyimpan data mereka. Ternyata Nela sempat ditinggal sendirian kemarin. Saat itu dia buru-buru menyimpan data laporan penelitian mereka ke flask disk.

“Gaya seperti ibu-ibu banyak gunanya juga, ya!” ucap Keisar.

Keisar langsung  mengerut melihat Nela yang cemberut.

“Oke, bukan gaya ibu-ibu kok!” sambung Keisar buru-buru.
“Memangnya kenapa kalau seperti ibu-ibu?” Nela memandang ketiga temannya kesal.
“Kita selalu berfikir ibu-ibu itu cerewet dan sok teliti. Padahal, ibu-ibu juga bijaksana. Mereka menyiapkan segala sesuatu dengan hati-hati!” sambung Nela panjang.
“Iya, kami minta maaf sudah meledekmu kemarin,” anak-anak lain tertawa. Tapi kali ini, tawa penuh kekaguman.
“Kalian tahu apa yang akan ibu kita bilang kalau melihat kita sekarang?” ujar Ari tiba-tiba. Teman-temannya memandang tidak mengerti.
“Cepat belajar untuk persentasi besok!” ganti Ari yang mengubah suaranya, berusaha menirukan ibunya.

Mereka tertawa, lalu belajar dengan gembira. Kegembiraan yang tidak terjadi, kalau saja Nela mundur hanya karena ledekan teman-temannya.

0 comments:

Post a Comment