Expecto Potranum


Bila seorang penyihir mengucapkannya dengan kosentrasi penuh pada sebuah kejadian menyenangkan, keluarlah Patronus. Itulah cahaya keperakan berbentuk binatang yang bisa kita temukan dalam cerita Harry Potter.

Anti-Dementor yang Ampuh
Mantra Patronus ampuh untuk menghalau Dementor. Itu lo, penjaga penjara sihir Azkaban. Mahluk tak bermata ini selalu menyedot setiap kebahagiaan dan perasaan positif manusia. Yang ditinggalkan hanyalah rasa putus asa, tertekan, dan perasaan negative.

Patronus memiliki segala perasaan positif. Itulah makanan Dementor. Tetapi, berhubung Patronis bukanlah manusia, ia tidak memiliki perasaan negative. Akibatnya, Dementor todak bisa megalahkannya.

Itulah sebabnya, mantra Patronus digunakan jika menghadapi Dementor. Namun sayangnya, tidak semua penyihir mampu membuat Mantra Potranus. Mantra ini membutuhkan ilmu sihir sangat tinggi, jauh di atas Level Sihir Umum.

Pengantar Pesan Tak Bersuara
Patronus juga bisa digunakan untuk mengantarkan pesan. Pesan apa yang bisa dibawa Patronus? Yaaah, sebetulnya tidak ada. Sebab, Patronus tidak bisa bicara. Tetapi, kemunculannya bisa dianggap sebuah tanda.

Patronus sebagai pengantar pesan pernah dibuat Nymphadora Tonks. Ketiak itu ia membuat Patronus di udara supaya terlihat oleh Hagrid. Maksudnya, supaya Hagrid membuka pintu gerbang Howgarts yang terkunci.

Kingsley Shacklebolt juga pernah mengirim Patronus ke the Burrow, kediaman keluarga Weasley. Itu dimaksudkan sebagai peringatan, sebab para Pelahap Maut akan dating ke the Burrow.

Menyampaikan pesan melalui Patronus, memang dijamin aman dari pemalsuan. Sebab. Kita hanya bisa membuat Patronus kita sendiri. Kita tidak mungkin bisa menghasilkan Patronus orang lain.

Keunikan Patronus
Bagi penyihir-penyihir muda seperti Harry Potter dan teman-temannya, beberapa hal dari Potranus bikin kaget. Sebab, ada beberapa hal tentang Potranus yang belum mereka ketahui. Supaya tidak kaget, yuk kita cari tau tentang Potranus. Ini dia:

-          Bentruk Potranus bisa berubah karena pengaruh beban pikiran
-          Biasanya, setiap orang membuat satu Potranus pada satu waktu. Ternyata, bisa juga lebih! Professor McGonagall pernah membuat tiga Potranus sekaligus ketika ia ingin sesegera mungkin menghubungi tiga kepala asrama di Hogwarts.


SAMURAI 7


Rahasia tiga kata

Madam Ivora adalah pemilik took roti Ivora yang sangat terkenal di kota Fransosco. Dia memiliki tiga orang anak angkat. Pedros si ulung, memiliki watak egois dan serakah. Verto, cerdik dan rendah hati. Serta si bungsu Agusto yang lugu dan penurut.

Suatu malam, keluarga madam Ivora mandapat musibah. Toko roti mereka hangus terbakar. Mendengar berita itu, madam Ivora mendapat serangan jantung  dan akhirnya meninggal dunia.

Madam Ivora rupanya sudah membuat surat wasiat sejak jauh-jauh hari. Ia mewariskan hartanya untuk ketiga anak angkatnya. Namun, mereka harus mencari sendiri tempat penyimpanan harta tersebut, sesuai dengan petunjuk yang diberikan madam Ivora.
1.      Terdiri dari tiga kata yang sering Ibu ucapkan pada kalian
2.      Kata pertama merupakan petunjuk tempat penyimpanan peti
3.      Kata kedua memiliki bentuk yang sama dengan peti
4.      Kata ketiga memiliki bentuk yang sama dengan benda pembuka kunci peti
Ketiga anak itu bekerja sama memecahkan petunjuk tersebut.

“Aku ingat kata-kata yang sering diucapkan Ibu pada kita,” kata Pedros. “Kau sangat pintar. Harus rajin belajar. Atau, Ibu sayang kalian. Yang mana kira-kira?”
“Sangat membingungkan,” kata si bungsu Agusto.
“Coba lihat petunjuk ketiga. Kata kedua memiliki bentuk yang sama dengan peti,” ujar Verto tiba-tiba. “Apakah kalian masih ingat? Dulu Ayah pernah memberikan sebuah peti yang berbentuk hati kepada Ibu.”
“Lalu apa hubungannya dengan petunjuk itu?” cela Pedros sinis.
“Bentuk hati melambangkan cinta. Cinta itu love. Ibu sering mengucapkan aku sayang kamu, pada kita. Jadi, ketiga kata itu pasti I Love u,” Verto menyimpulkan.
“Waah, kakak benar-benar cerdas,” puji Agusto.

Mereka bertiga lalu mencari peti berbentuk hati itu. Pedros kesal setelah satu jam mencari tanpa hasil. Verto membaca kembali petunjuk tadi.

“Kata pertama merupakan petunjuk tempat penyimpanan peti. Berarti itu kata I,” gumam Verto.
“Kasihan Ibu,” tiba-tiba Agusto teringat Ibunya. “Jika toko roti Ivora tidak terbakar, pasti serangan jantung Ibu tidak akan kambuh.”
“Yaa…, benar sekali!” Verto seperti menemukan ide.
“Kenapa, Kak?” Agusto heran.
“Kau benar sekali Agusto. I pasti singkatan dari kata IVORA. Mungkin Ibu menyimpan peti itu di toko roti kita!”
“Waah, betul! Kalau begitu, ayo kita cari ke sana,” Pedros bersemangat.

Toko roti Ivora terlihat berantakan. Puing-puing bekas kebakaran masih berserakan. Mereka bersama-sama mencari peti itu. Tak lama kemudian…

“Hei, lihat! Aku menemukannya,” ujar Pedros riang. Dia memegang sebuah peti sebesar buah kelapa.
”Horeee…” sambut Verto dan Agusto tak kalah riang.

Malamnya, mereka bertiga berkumpul di ruang keluarga.

“Bagaimana cara membuka peti ini?” tanya Agusto.
“Kita menyerah saja. Mungkin Ibu tidak berniat memerikan warisannya pada kita,” Pedros mulai putus asa.
“Jangan menyerah. Kita harus bersabar,” Agusto member semangat.
“Lihatlah!!” seru Verto kemudian. “Lubang kunci ini berbentuk U. sama dengan petunjuk keempat.”
“Maksudmu?” tanta Agusto tidak mengerti.
“Maksudnya, kita harus menemukan benda yang bentuknya sama seperti lubang kunci ini.”

Maka mereka segera mencari benda-benda yang berbentuk U. pedros mencoba membukanya dengan kunci berbentuk U, buatan ahli kunci. Verto mencoba membuka dengan kawat besi. Namun semuanya gagal. Kini giliran Agusto. Ia mencoba membuka dengan tusuk konde emas kesayangan ibunya. Tusuk konde itu dulunya adalah hadiah ulang tahun dari Agusto. Ternyata kali ini Agusto berhasil.

Akan tetapi, sebelum peti itu terbuka seluruhnyam Pedros butu-butu merebut peti itu.

“Hei, kalian harus ingat. Kemarin aku yang berhasil menemukan peti ini. Kalau tidak ada aku, pasti peti ini belum ditemukan,” ujarnya sombong. “Jadi, aku harus mendapat setengah dari harta ini. Setengahnya lagi harus kalian bagi dua!” katanya licik.

Akan tetapi, betapa kecewanya Pedros ketika melihat isi peti itu. Ternyata isinya hanya kertas-kertas resep masakan dan sebuah pulpen emas.

“Hanya ini warisan untuk kita? Kalau begitu, pulpen emas ini untukku. Dan resep-resep tak berharga ini untuk kalian!” kata Pedros, lalu pergi meninggalkan kedua adiknay.

Setahun kemudian.

Toko roti Verto terlihat ramai oleh pembeli. Rotinya tak kalah lezat dengan roti buatan madam Ivora. Tentu saja, sebab Verto dan Agusto membuat roi sesuai dengan resep-resep warisan Ibunya. Ya, mereke berdua melanjutkan usaha milik madam Ivora, membuat toko roti. Dan kini mereka menjadi kaya raya.

Sedangkan Pedros, ia menghabiskan uang hasil menjual oulpen emas. Karena kalah judi, kini Pedros tak punya apa-apa lagi. Akhirnya dia menyesal karena terlalu serakah dan menyepelekan warisan ibunya.

0 comments:

Post a Comment